Selamat datang diblog sederhana ini, tempat berbagi, saling bertukar informasi dan peluang usaha..semoga bermanfaat

28 Agustus 2009

Kolo Habib Toure Mengajari Anak-anak London Mengaji Al Quran

INILAH.COM, Manchester – Namanya Kolo Habib Toure, lahir di Pantai Gading, 19 Maret 1981. Sebagai pemeluk Islam yang taat, di bulan Ramadhan ini, Kolo Toure juga menjalankan ibadah puasa seperti halnya pemeluk Islam lainnya di seluruh antero dunia.

Mantan pemain Arsenal ini, kini membela klub terkaya di Inggris, Manchester City,yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh bilioner asal Uni Emirat Arab, Sheikh Al Mansour. Bek tengah yang tangguh ini memiliki kekuatan, serta fisik yang luar biasa.

Tidak heran, ketika The Citizens menggaetnya dari Arsenal, Kolo Toure langsung menjadi idola baru di Stadion Kota Manchester, seperti halnya pemain Man City lainnya, Emmanuel Adebayor dan Carlos Tevez.

Kolo Toure merupakan kakak dari gelandang Barcelona Yaya Toure, dan kakaknya yang paling tua bernama Ibrahim Toure yang kini bermain untuk Al Ittihad.

Di bulan Ramadhan tahun ini, bersamaan dengan digulirkannya Liga Primer musim ini, tentu saja Kolo Toure menjalankan ibadah puasa, seperti yang sudah sering dilakukan bilan Ramadhan tiba.

Namun, ada kesibukan lain bagi Kolo Toure saat ini, meski telah pindah ke Manchester, namun Kolo Toure tidak melupakan anak-anak asuhnya yang berada di London. Usut punya usut, Kolo Toure sejak berada di London, mengajari anak-anak Islam yang tinggal di dekat Masjid London membaca Al Quran.

Masjid London sendiri letaknya di dekat kandang The Gunners, Emirates. Meski sudah pindah ke Manchester, Kolo Toure di sela-sela kesibukan ketika tidak bermain membela Man City, mengendarai mobilnya, ke London, dengan tugas mulia mengajari anak-anak kecil yang beragama Islam, mengaji. Sungguh pekerjaan yang mulia, bermain bola, tapi tidak melupakan dakwah.[S1]

26 Agustus 2009

Dikubur 26 Tahun Jasad KH. Abdullah Masih Utuh

warnaislam.com — Tiga bak berisi air dan potongan kayu ukuran 70 cm x 30 cm telah disiapkan anak-anak almarhum KH. Abdullah. Saat itu, Minggu 2 Agustus 2009, makam Kiai Abdullah akan
dipindahkan lantaran di lokasi itu terkena proyek pelebaran Jalan Benda, Batu Ceper,
Tangerang, yang mengarah ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Air yang ada di dalam bak itu rencananya akan digunakan untuk mencuci tulang belulang sebelum dipindahkan ke lokasi pemakaman yang baru. Sementara potongan kayu sengon sebanyak 9 potong diperuntukkan sebagai dinding pembatas jenazah di dalam liang lahat.

"Saya sudah beberapa kali melihat proses pemindahan kuburan di Karet Bivak, Jakarta
Pusat. Persiapannya memang seperti itu," kata Achmad Fathi, anak ketiga Kiai Abdullah.

Namun semua perlengkapan itu akhirnya tidak terpakai. Soalnya, ketika makam yang berusia 26 tahun digali, pemandangan aneh terjadi. Jasad Kiai Abdullah ternyata masih utuh. Begitu juga dengan kain kafan dan kayu penutup jenazah. Tidak ada tanda-tanda bekas gigitan rayap atau binatang tanah di kafan maupun di kayu kamper tersebut.

Sementara Mukhtar Ali, anak sulung Kiai Abdullah, yang mengangkat jenazah ayahnya dari liang lahat mengaku sempat kaget. Soalnya kondisi jenazah hampir sama seperti saat dikuburkan, 22 Oktober 1983 silam. "Kondisi jenazah persis sama seperti saat dikubur dulu.
Hanya tubuhnya agak menyusut saja, dan rambutnya memutih" jelas Mukhtar.

Mukhtar dan keluarganya semakin kaget, jenazah juga beraroma harum yang menyerbak. Wanginya, kata Mukhtar, tidak seperti parfum-parfum yang ada di toko-toko minyak wangi. Teriakan takbir pun langsung terdengar dari orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut.

Yang juga dirasa aneh oleh keluarga, ribuan warga tiba-tiba berdatangan mengikuti prosesi pemindahan jenazah. Padahal keluarga tidak memberi pemberitahuan kepada warga maupun murid-murid Kiai Abdullah. Mereka tiba-tiba saja datang.

"Awalnya pemindahan jenazah itu hanya dilakukan keluarga. Paling hanya 20 orang. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba saat jenazah digali orang-orang sudah banyak berkumpul," ujar Mukhtar.

Saking banyaknya orang yang datang, imbuh Mukhtar, mobil dan motor pelayat yang terparkir di sisi jalan Benda, panjangnya mencapai 5 kilometer sehingga membuat kemacetan yang luar biasa di jalan tersebut.

Beberapa warga yang ditemui detikcom menuturkan, sebelum proses pemindahan jenazah, sebenarnya tanda-tanda keanehan sudah muncul terkait rencana pemindahan makam tersebut. Sebab saat alat berat

ingin menghancurkan musala dan bangunan makam, tidak bisa berfungsi. Beberapa kali alat pengeruk dari mobil beko patah ujung kukunya.

Karena kejadian itu, pihak kontraktor pelebaran jalan menunda pembongkaran yang rencananya akan dilakukan pada Januari 2009 itu. Pembongkaran baru bisa dilanjutkan awal Agustus setelah ada kesepakatan dengan keluarga. Salah satunya soal cara pembongkaran musala dan makam itu, yakni dengan hanya menggunakan palu dan linggis. Bukan pakai alat berat.

Keluarga Kiai Abdullah sebenarnya menyayangkan kalau musala itu dibongkar. Sebab musala yang telah ada sejak puluhan tahun lalu itu sangat dibutuhkan warga setempat untuk beribadah.

Musala yang berdiri di atas tanah wakaf itu sejak dibangun Kiai Abdullah tahun 1950-an sudah mengalami beberapa pemugaran dan pelebaran. Hingga menjadi semakin luas dan bangunannya menjadi permanen.

Namun pada 2007, Pemkot Tangerang ternyata punya rencana melakukan pelebaran jalan Benda, Juru Mudi, Batu Ceper, yang berada di sepanjang Sungai Cianjane. Musala dan makam itu kebetulan berada di lokasi yang akan dijadikan akses jalan sehingga terpaksa harus digusur.

Tanah yang akan digusur dihargai Rp 500 ribu per meter. Harga itu belum termasuk bangunan yang akan dibongkar. Tapi keluarga Kiai Abdullah menolak pemberian uang pengganti. Pasalnya , tanah tempat musala dan makam itu merupakan tanah wakaf yang tidak boleh diperjualbelikan.

Pihak keluarga hanya meminta Pemkot membangun kembali musala di sekitar wilayah Juru
Mudi, supaya warga setempat mudah kalau ingin beribadah. "Sepeser pun kami tidak menerima uang penggantian. Biaya pemindahan jenazah saja kami tanggung sendiri, sekalipun Pemkot sudah menawarkan" jelas Mukhtar, anak sulung Kiai Abdullah.

Kini jenazah Kiai Abdullah dimakamkan di depan pekarangan rumah Achmad Fathi, yang berjarak hanya 15 meter dari lokasi pemakaman sebelumnya. Di areal pemakaman baru itu terdapat tiga makam, yakni makam KH Abudullah bin Mukmin, makam istri keduanya Maswani, serta makam putra keduanya yang bernama M Syurur.

Rencananya, areal makam itu akan diperluas lantaran setiap hari banyak orang yang datang untuk berziarah, terutama setelah tersiar kabar jasad Kiai Abdullah masih utuh meski dikubur selama 26 tahun. Bahkan untuk memudahkan para peziarah, keluarga bermaksud membangun musala di samping areal makam.(Ainul Wafa Elhasya / detik)
penulis :
Mochamad Ilyas

Qaradhawi Keluarkan Fatwa Waktu Buka Puasa Penumpang Pesawat Selasa, 25 Agustus 2009 11:03 DR. Yusuf al-Qaradhawi

warnaislam.com — Ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional, Yusuf Al-Qaradhawi mengeluarkan fatwa terkait penentuan waktu berbuka puasa bagi penumpang pesawat terbang, beliau menegaskan bahwa waktu buka puasa mereka bergantung pada waktu terbenamnya matahari, seperti dikutip Mafkarah dari harian al-khaleej Selasa (25/8).



“Waktu puasa dan berbuka bagi penumpang pesawat terbang tidak mengikut siapapun, tidak pula negara tempat keberangkatan maupun negara tujuan, karena waktu maghrib mereka (waktu buka puasa) dengan terbenamnya matahari yang mereka lihat” tegas Qaradhawi.

Ketua Asosiasi Ulama Islam Internasional ini juga meminta pada seluruh maskapai penerbangan Arab untuk mengingatkan para pilot mereka agar memperhatikan masalah ini serta berbuka puasa setelah terbenamnya matahari.

Sewaktu kepulangan Qaradhawi dari Mesir menuju Dhoha Qatar hari pertama puasa Ramadhan, beliau kaget ketika pilot pesawat yang notabene adalah seorang non-muslim mengumumkan pada para penumpang bahwa waktu berbuka puasa telah tiba, sementara matahari masih terlihat jelas dan hari masih siang, alasan pilot itu karena negara yang tengah dilewati telah shalat maghrib, sehingga waktu buka puasa ikut mereka.

Beliau langsung bilang pada orang-orang sekitarnya: “kalian belum boleh berbuka sebelum matahari terbenam, karena waktu shalat maghrib belum masuk, apakah menurut kalian kita telah boleh shalat maghrib sekarang (dalam kondisi matahari yang terlihat jelas dan hari masih siang)? Lantas mereka menjawab: “belum”. "Demikian halnya berbuka, karena buka puasa tidak boleh sebelum waktu maghrib” pungkas Qaradhawi. (Arif Fortuna/MI)
penulis :
Mochamad Ilyas: www.warnaislam.com

10 Agustus 2009

Kelereng Tujuh Belasan

anak-anak itu riang gembira. tertawa dan tergelak dengan apa yang mereka lakukan. menyenangkan...! padahal apa yang mereka lakukan hanyalah permainan sederhana dan murah meriah. permainan sederhana namun banyak nilai yang bisa dipetik darinya. ada kebersamaan, ada ketelitian dan kecermatan dan bahkan ada sportifitas disana. permainan itu adalah permainan kelereng atau gundu atau ada juga daerah tertentu bilang nekeran.

permainan kelereng biasanya dilakukan beberapa anak dengan jarak tertentu, mereka membuat satu lubang mirip lubang golf...tetapi jangan bayangkan ditengah padang nan luas dan dihamparan permadani hijau rumput padang golf. lubang itu hanyalah tanah yang sedikit diceruk, dan bahkan dengan amat mudah dan tanpa alat sama sekali untuk membuatnya, cukup dengan menekankan tumit dengan keras ketanah dan memutarnya...krrrkkk..jadilah lubang untuk bertanding.

kebersamaan akan menjadikan mereka saling mengenal satu sama lain, saling membantu dan menolong. dan bahkan akan menjadikan mereka sahabat, menghilangkan sekat-sekat perbedaan status sosial orang tua mereka.

kecermatan dan ketelitian diperlukan dimasa datang untuk membentuk keunggulan komparatif. dengan ketelitian dan kecermatan maka secara tidak sadar anak sudah terbiasa untuk dekat dengan nilai-nilai empiris. memungkinkan dimasa datang memiliki keunggulan apabila kemampuan itu diasah dengan baik. menjadikannya unggul dan terdepan, bukankah suatu negara akan maju dengan penelitian-penelitian? dan bukankah penelitian itu bermodal awal kecermatan dan ketelitian?

sportifitas menjadikan anak berjiwa besar. bisa menerima kekalahan sekaligus mengakui kelebihan orang lain. sportifitas akan menjadikan mereka laki-laki sejati. laki-laki yang bukan pengecut. laki-laki yang menjunjung nilai-nilai kebenaran.

sepertinya para pembesar negeri ini perlu kembali bermain gundu bersama untuk mengasah nilai-nilai itu semua. DIRGAHAYU INDONESIAKU...!!
MAJULAH NEGERIKU...MULIALAH BANGSAKU...!!