Selamat datang diblog sederhana ini, tempat berbagi, saling bertukar informasi dan peluang usaha..semoga bermanfaat

3 Oktober 2012

Kebijakan Panik Bidang Pendidikan




 
Inikah hasil pendidikan mereka selama ini?

Senin, 01 Oktober 2012

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
MARILAH sejenak kita menundukkan kepala, menangisi ruwetnya pendidikan yang tampak semakin jelas betapa ia tak punya arah. Marilah kita ingat sejenak, apakah yang terjadi pada anak-anak kita di saat kita baru saja tiba di rumah dari mengantarkan mereka ke sekolah. Adakah sekolah menjadi tempat terbaik untuk belajar beriman dengan sepenuh yakin dan kesungguhan menjalaninya? Adakah sekolah menjadi tempat menyemai benih-benih akhlak mulia, sikap yang baik dan perilaku yang santun? Adakah sekolah menjadi tempat anak-anak kita belajar mencintai Allah Ta’ala, kebenaran, budi pekerti dan ‘ilmu? Ataukah anak-anak itu...., jangankan akhlak, adab pun mereka tak kenal. Jangankan adab, ilmu pun mereka tak menguasai.

Berjalan menyusuri negeri ini, bertemu dengan para pengajar yang sering menganggap dirinya guru, semakin tersadar betapa parah kerusakan pendidikan di negeri ini. Sulit sekali menemukan guru-guru yang memiliki komitmen kuat terhadap pendidikan. Tetapi bagaimana mereka akan gelisah di tengah malam, lalu bangkit mendo’akan muridnya, jika logika yang ditegakkan oleh pemangku kebijakan hanyalah soal kesejahteraan.

Berbincang dengan para pemangku kebijakan, amat sedikit.... ya, amat sangat sedikit pemangku kebijakan yang merisaukan pendidikan dan memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Nyaris tak pernah saya mendengar pemangku kebijakan berbicara tentang idealisme pendidikan. Yang lebih sering terdengar dari lisan mereka adalah kesejahteraan, kuliner atau gadget. | Maafkan saya, inilah yang saya jumpai ketika saya bertandang ke sana kemari untuk memberi seminar, workshop atau berdiskusi di sela-sela kegiatan lain.

Tengoklah hal yang paling sederhana. Betapa banyak yang kesulitan membedakan antara competence (kompetensi) dan ability (kemampuan). Jika yang sangat sederhana ini saja tak mampu membedakan, maka bagaimana mungkin akan mampu melakukan asesmen lalu merumuskan langkah secara serius dan terencana untuk membangun kompetensi pada diri peserta didik. Lebih sulit lagi membedakan antara peserta didik dengan murid, yakni orang/anak yang telah tumbuh dalam dirinya kehendak yang sangat kuat (iradah) terhadap ilmu, kebaikan dan kebenaran.

Belum lama berselang, kita mendengar unit Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah disudutkan oleh sejumlah pihak dengan tuduhan tak sedap: rohis melahirkan teroris. Tetapi qadarullah, fitnah terhadap anak-anak yang bersemangat untuk beriman segera berbalik. Kita terbelalak oleh kasus pembunuhan yang amat mengerikan. Di Purbalingga, siswa SMP membunuh temannya. Di Jakarta, pelajar SMA menghabisi nyawa rekannya. Sesudah itu, orang-orang dengan panik berkata, tambah pelajaran agama. Padahal ini tak menyelesaikan masalah jika pendidikan agama hanyalah berisi pengetahuan tentang agama. Penambahan jam untuk pelajaran agama hanya akan bermanfaat hanya jika ia menitikberatkan pada proses pendidikan agar anak-anak itu BERagama dengan baik; mengimani dengan sebenar-benar iman, menumbuhkan kecintaan kepada Allah Ta’ala dan rasul-Nya serta apa-apa yang dituntunkan, beribadah hanya untuk Allah Ta’ala sesuai perintah-Nya, dan sesudah itu berakhlak sesuai tuntunan.

Tak bermanfaat penambahan jam pelajaran agama, kecuali jika kita secara serius menanamkan perasaan senantiasa diawasi (muraqabah) oleh Allah ‘Azza wa Jalla; harap dan takut yang amat kuat kepada-Nya serta dorongan untuk bersungguh-sungguh mengerjakan hal-hal bermanfaat yang Allah Ta’ala ridhai. Muraqabah ini merupakan penguat untuk menumbuhkan dorongan kepada anak agar senantiasa berlari mendekat kepada Allah subhanahu wa ta’ala (taqarrub). Ini akan lebih mengena lagi pada saat siswa memasuki masa menjelang dewasa (SLTP-SLTA). Di rentang usia ini, ada 3 hal yang paling menonjol: kecenderungan menyukai lawan jenis, dorongan untuk mandiri dan menunjukkan eksistensi diri, serta bangkitnya idealisme yang salah satu wujudnya mereka banyak mempertanyakan hal-hal mendasar.

Remaja sama sekali tak perlu mengalami krisis identitas jika pendidikan di usia sebelumnya beres.

Pertanyaannya, siapakah akan menjadi guru pendidikan agama bagi anak-anak kita? Teringat saya ketika suatu hari mengisi workhop untuk para guru PAI di sebuah daerah di Riau. Kesediaan mereka belajar sangat rendah ketika itu. Adab bermajelisnya sangat buruk. Mereka sibuk merokok di saat presentasi berlangsung. Tak ada yang lebih menarik perhatian mereka melebihi uang saku dari panitia, kecuali setelah saya ajak mereka untuk menghitung usia dan membayangkan takdir atas anak-anak mereka.

Dan ini bukan peristiwa satu-satunya. Pertanyaannya, jika pengajarnya separah itu, apa yang dapat kita harapkan untuk kebaikan anak-anak kita? Langkah kita menyekolahkan anak termasuk kebaikan ataukah justru kecerobohan?

*****

Terdiam. Merenungi sejenak tentang pendidikan di negeri kita yang semata wayang, terasa betul betapa banyak hal penting dan mendasar yang hilang. Sulit membayangkan.... Amat sangat sulit membayangkan bahwa negeri ini memiliki visi yang sangat kuat dan jelas, jauh ke depan? Adakah pendidikan di negeri ini mempersiapkan kebijakan, kurikulum dan guru untuk melahirkan lulusan yang jelas gambarannya untuk mengelola negeri ini 50 tahun yang akan datang? Sudahkah guru-guru kita terobsesi dengan output profile yang kita rumuskan, lalu kita rindukan dengan sungguh-sungguh seraya berdo’a di penghujung malam? Ataukah kegembiraan para guru sendiri justru hanya sebatas pada peningkatan pendapatan dan tunjangan?

Betapa sedih mendengar bagaimana kita selalu mempersalahkan pihak luar atas terjadinya penikaman oleh pelajar kita? Ada dua pertanyaan penting di sini.
Pertama, apa yang salah sehingga pihak luar yang tidak lain adalah warga bangsa Indonesia mengompori (jika benar demikian) pelajar itu untuk melakukan kejahatan? Sudah seburuk itukah negeri ini? Sedemikian sulitkah kita mempercayai sesama kita, sebagaimana sulitnya mempercayai jam terbang berbagai maskapai?
Kedua, sedemikian rapuhkah pendidikan di negeri ini sehingga anak-anak itu mudah terpengaruh, mudah terprovokasi oleh “pihak luar”? Apakah anak-anak itu tak pernah memperoleh ta’dib (proses pendidikan untuk membentuk adab) tatkala mereka berada di jenjang TK, SD, SLTP dan SLTA? Apakah guru dan sekolah tidak membangun orientasi hidup dan orientasi belajar yang kuat dan jelas semenjak mereka berada di jenjang pendidikan dasar? Padahal, seharusnya sekolah telah dan terus membentuk-membangun orientasi belajar maupun orientasi hidup ini? Dan ini bukan menjadi materi pelajaran khusus.

Anak usia 10 tahun bahkan sudah dapat kita ajak untuk memikirkan akan berbuat apa mereka kelak di usia 40 tahun. Jika mereka telah memiliki arah yang jelas, dan lebih mendasar lagi missi hidup yang jelas, rasanya sulit membayangkan anak-anak itu akan banyak membuang-buang waktu untuk hal yang tercela.

Astaghfirullah...

Melihat kacaunya moralitas anak-anak, negeri ini segera mencanangkan pendidikan karakter. Tetapi, lagi-lagi ini sangat terasa sebagai kebijakan panik tanpa missi yang jelas, tanpa visi yang kuat. Maka, kita melihat rumusan dan implementasi pendidikan karakter yang amat sangat mengenaskan bahkan hingga level perguruan tinggi.

Bayangkan, ada perguruan tinggi yang menerapkan, jika mahasiswa tingkat kehadirannya 100% dan ia berpakain “sopan”, nilai “karakternya” A. | Ya Allah...., miris rasanya. Ini bukan karakter. Sama sekali ini bukan karakter. Tapi bagaimana bisa demikian? Tidak jawaban lain kecuali bahwa kita telah demikian malas belajar. Nah, jika pendidiknya saja malas belajar, lalu bagaimana anak didiknya?

Kita perhatikan betapa banyak yang amat sangat rancu merumuskan pendidikan, bahkan di tingkat pengambil kebijakan. Nyaris tak percaya, tapi itu yang terjadi. Bagaimana mungkin gemar membaca dianggap karakter? Ini kebiasaan (habit). Bukan karakter. Jika ta’rif (rumusan) sudah salah, pasti implementasinya juga salah. Semakin ke bawah, semakin parah. Bayangkan, pengambil kebijakan saja amat sangat banyak yang tidak dapat membedakan antara temperamen, karakter, perilaku, kebiasaan, budaya dan ciri khas (karakteristik).

Apakah pendidikan kita telah sedemikian mengerikan?

Ketika orang sedang mengalami kebingungan, maka kita juga dapati para trainer memanfaatkan kebodohan ini dengan membawa kebodohan yang lebih besar. Mereka menawarkan tes sidik jari dan sejenisnya yang sungguh amat sangat tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini pseudoscience! Sidik jari hanya dapat mengungkap siapa yang mencuri jambu di belakang rumah kita. Bukan mengapa ia mencuri jambu.

Tes sidik jari hanyalah contoh dari sekian banyak produk training yang merusak. Nanti kita juga akan melihat training asal-asalan tentang karakter. Ada yang menyajikan 20 Karakter Dasar, tetapi yang dimaksud bukan karakter. | Diam-diam bertanya, apakah para trainer karakter itu tak membaca literatur tentang karakter?


*****

Ketika pelajar sudah melakukan kejahatan berupa pembunuhan, maka buru-buru diwacanakan penambahan jam pelajaran. Seakan jika waktu anak banyak di sekolah, mereka tak lagi punya keinginan untuk melakukan keburukan. | Sekali lagi, sangat terasa, ini wacana yang muncul begitu saja tanpa kajian mendalam. Jika diterapkan, sungguh ini akan menjadi deretan panjang kebijakan panik.

Sekolah sepenuh hari (full day) sebenarnya bukan hal baru. Berbagai sekolah Islam telah melakukannya. Tapi tanpa konsep yang jelas, guru-guru yang berdedikasi tinggi serta memiliki komitmen kuat, sekolah sepenuh hari justru hanya akan menjadikan anak-anak itu mengalami kepenatan secara mental. Jika ini terjadi, akibatnya akan jauh lebih buruk dari yang sekarang ini terjadi....

Ditambah atau dikurangi jam pelajarannya, sama sekali tidak masalah jika........kebijakan ini memiliki landasan yang kuat, tujuan yang jelas dan tidak kalah pentingnya penerapan yang tepat. Tanpa itu, kita akan menambah dan menumpuk masalah lebih ruwet lagi.

Sesudah itu, ada yang mewacanakan untuk meniadakan mata pelajaran IPA dan IPS. Diganti mata pelajaran sikap, kedisiplinan dan kejujuran. Pertanyaannya, apakah ini akan bermanfaat?

Anak-anak kita memang mempelajari terlalu banyak mata pelajaran. Merujuk buku Those Who Can, Teach (Mereka Yang Bisa, Mengajarlah), sekolah dengan jumlah mata pelajaran yang sangat banyak merupakan ciri pokok sekolah birokratis, yakni sekolah yang tujuan utamanya melahirkan manusia patuh birokrasi, tak mampu berpikir kritis dan miskin kreativitas. Ini biasanya berkembang di negeri-negeri terbelakang maupun negara berkembang untuk melanggengkan kekuasaan. Saya berharap, banyak pelajaran di sekolah dasar di negeri kita bukan karena alasan ini. Saya berharap bertumpuknya mata pelajaran tak berguna itu semata karena awam soal pendidikan saja.

Kembali ke soal penghapusan mata pelajaran IPA dan IPS, lalu menggantinya dengan pelajaran sikap, kedisiplinan dan kejujuran. Pertanyaannya, apa manfaatnya pelajaran itu jika disajikan sebagai materi pengetahuan kognitif? Bukankah seharusnya setiap guru seharusnya memiliki kemampuan untuk membangun 3 hal tersebut? Itu pun sebenarnya tidak cukup.

Sebagian di antara Anda mungkin ada yang pernah mengikuti diskusi pendidikan bersama saya. Salah satu hal yang sering saya sampaikan adalah: mencontek bukan pelanggaran. Mencontek itu kejahatan.

*****
Betapa ruwet pendidikan di negeri ini. Kita patut menangis dan bersedih karenanya.

Sering ketika saya datang ke berbagai daerah, guru mengeluh menghadapi muridnya yang bertingkah. Tapi langkah yang dilakukannya adalah menyerahkan kepada guru BK (Bimbingan & Konseling) alias BP (Bimbingan dan Penyuluhan). Padahal, tak sedikit tingkah tak sedap dari siswa di kelas merupakan problem yang seharusnya diselesaikan langsung oleh guru. Masalahnya, mereka tak memiliki kemampuan untuk menjadi guru yang disegani. Mereka menyerahkan ke BK yang sebenarnya bertugas membimbing siswa menemui keunggulan diri atau memberi konseling untuk problem psikis yang bersifat personal.

Banyak guru tak lagi memberi sanksi karena konon dilarang. Konon itu tak sesuai dengan pendidikan modern. Tapi ketika saya tunjukkan berbagai literatur tentang pengelolaan kelas terbitan terbaru, mereka terhenyak dan bingung. Banyak guru yang pusing karena mereka dilarang untuk melarang karena tidak sesuai dengan cara kerja otak. Padahal Al-Qur’an telah menunjukkan nasehat terbaik orangtua yang justru berisi larangan.

Meniadakan sanksi, sebagaimana juga memberi sanksi, maupun hal-hal lain dalam pendidikan memerlukan ilmu. Bahkan, kita perlu ilmu untuk menyampaikan ilmu.

Banyak hal yang ingin saya perbincangkan. Mohon maaf jika tulisan ini tak tersusun secara rapi. Nasehati saya. Ingatkan saya. Semoga tulisan sederhana ini ada manfaatnya.

Penulis mantan pembantu dan tukang nimbrung di sebuah SD di Yogyakarta, mantan pengurus komite di sebuah SD lainnya di Sleman, penulis Kolom Parenting Majalah Hidayatullah
sumber:hidayatullah.com

11 September 2012

5 Rahasia Menuju Sukses Secara Finansial

1. Buat rencana

img
Keamanan finansial tidak akan terjadi dengan tidak sengaja dan tak akan terjadi dalam semalam. Seperti bisnis yang punya gol triwulan, target pendapatan tahunan dan rencana bisnis lima tahun, Anda juga perlu menata hidup dengan membuat strategi jangka panjang yang terdiri dari serangkaian aksi dan gol jangka pendek. Kesuksesan jarang terjadi karena kebetulan. Anda harus punya rencana.


2. Investasi di diri sendiri

img
Saat bisnis ingin tumbuh, mereka berinvestasi dalam diri sendiri. Logika yang sama berlaku untuk individu. Ketika Anda mulai karir, investasi di pendidikan bisa menyediakan kesempatan untuk meningkatkan potensi pendapatan seumur hidup Anda.

Masuk kuliah bisa membuat Anda terlihat lebih menarik dan mendapat gaji lebih besar di dunia ketenagakerjaan. Jika suatu kondisi atau minat pribadi membuat pendidikan bukan pilihan utama bagi Anda, pertimbangkan membangun bisnis.

Pengusaha dari segala macam masa lalu telah terbukti bisa membangun bisnis yang sukses. Bekerja untuk diri sendiri memberikan kepuasan lebih, uang lebih dan kendali lebih terhadap stabilitas pekerjaan dibanding bekerja untuk orang lain.

Perlu diingat bahwa berinvestasi di diri sendiri bukanlah usaha satu kali. Pikirkan dari sudut pandang bisnis. Investasi di riset dan teknologi, infrastruktur dan bangunan fisik merupakan bagian kemajuan bisnis.

Menyesuaikan laju dengan waktu dan kompetisi merupakan bagian dari proses naik ke jenjang berikutnya. Melihat situasi dari sudut pandang pribadi, jika Anda punya gelar sarjana, kembali ke sekolah di tingkat karir menengah bisa meningkatkan kepercayaan dan membantu Anda bersaing.


3. Keluar dari lilitan utang

img
Pengelolaan utang merupakan latihan penting untuk semua bisnis sukses dan ada alasan untuk istilah ‘uang tunai adalah raja’. Jadilah berbeda. Lawan tren. Jangan menumpuk utang dengan tipikal konsumerisme.

Biaya pendidikan dan tempat tinggal biasanya jauh di atas kemampuan orang untuk membayar tunai. Selain kedua hal itu, jika Anda tidak bisa bayar tunai, maka jangan beli. Antara pendidikan dan rumah, bayar biaya pendidikan dulu sebelum membeli rumah.

Untuk rumah, jangan melonggarkan anggaran Anda. Beli apa yang sesuai dengan kemampuan Anda dan lunasi secepatnya. Lupakan nasehat tentang utang baik dan utang buruk. Semua utang itu buruk.

Ada daftar panjang investor-investor yang terjerat secara finansial. Mereka tadinya merasa punya ide cemerlang: berutang untuk investasi yang akan menghasilkan imbal hasil lebih besar daripada suku bunga utang. Tapi ternyata teori itu tidak berhasil.
Jika Anda seorang pengusaha, utang mungkin alat yang penting. Menaruh uang Anda di aset berharga itu berbeda dengan menggunakan utang untuk membeli mobil baru, jalan-jalan dan beli pakaian.

Membayar bunga di barang konsumerisme itu buang-buang uang dan melemahkan fondasi finansial Anda. Berinvestasi di bisnis Anda merupakan cara untuk meningkatkan pendapatan potensial.


4. Temukan rekan yang satu pikiran

img
Menikah bisa memberikan dorongan yang hebat dalam kehidupan finansial Anda. Meskipun beberapa pernikahan justru berakhir karena masalah uang. Berbagi nilai adalah kunci menuju kesuksesan. Meski hal ini tidak terdengar romantis, memiliki pandangan yang sama tentang uang akan menciptakan masa depan finansial yang sama-sama aman dan pernikahan bahagia.

Tidak banyak pasangan di sidang perceraian yang mengeluh mengenai fakta bahwa mereka aman secara finansial, bebas utang dan sukses. Lakukan pendekatan aspek finansial pernikahan layaknya bisnis. Rencanakan bersama dan belanja bersama.

Buat keputusan tentang utang dan kredit sebagai satu tim. Jika salah satu anggota membuka kartu kredit dan anggota lain melakukan dua pekerjaan untuk membayar utang, tim ini menuju masalah. Menabunglah bersama.

Tetapkan gol hidup dari satu pendapatan sementara menggunakan pendapatan yang lain untuk membayar utang. Ketika Anda bebas utang, hiduplah dari pendapatan yang lebih rendah dan investasikan sisanya.

5. Bersabarlah

img
Hal-hal buruk terjadi pada orang baik. Meski sudah merencanakan yang terbaik, hal buruk bisa terjadi. Kehilangan pekerjaan, investasi gagal, tragedi menghantam dalam skala kecil maupun besar. Bersabarlah. Jangan biarkan kemunduran kecil sesaat mengalihkan fokus Anda dari gol jangka panjang.

sumber: detik.finance

31 Juli 2012

Puasa Dapat Keluarkan Racun dari Tubuh


KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Pesantren Kilat Ramadhan - Anak-anak belajar shalat saat mengikuti pesantren kilat Ramadhan di Madrasah Istiqlal di Komplkes Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (23/7/2012). Pesantren kilat digelar selama tiga minggu untuk anak-anak usia 3-6 tahun yang akan mengajarkan cara berdoa, beribadah, dan membaca Al Quran.

KOMPAS.com - Cobalah ingat-ingat. Dalam beberapa hari terakhir apakah Anda sering sakit kepala? Terganggu oleh sariawan? Kulit bermasalah? Tubuh cepat lelah? Jika iya, berhati-hatilah. Menurut Andang Widhawari Gunawan, konsultan gizi dan penggagas Food Combining, kondisi itu menandakan adanya tumpukan toksin di dalam tubuh Anda.
Toksin atau racun, tentu harus dikeluarkan dari tubuh. Jika jumlahnya sudah berlebih, ia akan menumpuk dan menyebabkan toksemia (kondisi keracunan dalam darah). Jangan aggap enteng toksemia sebab ia berkaitan dengan hampir semua penyakit degeneratif.
Penjelasan singkatnya begini: Sel-sel tubuh kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperolehnya dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh.
Racun bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Yang dari dalam misalnya sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi ternyata mengandung racun terselubung yang tidak kita sadari. Sedangkan faktor eksogenus diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba.
Sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini. Berkeringat, berkencing, dan buang air besar merupakan detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak serta merta menuntaskan masalah. Ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu.
"Bayangkan saja jika sehari saja kita mengalami gangguan buang air besar. Atau tidak lancar. Berarti tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja ternyata tidak cukup," jelas Andang. Untuk itulah kita harus melakukan detoksifikasi secara berkala.
Perbanyak konsumsi sayur
Detoksifikasi yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi yang tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan pembuangan. Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver dan saluran usus.
Detoksifikasi yang hanya fokus pada pengeluaran racun saja sangat berbahaya sebab memberi tekanan pada kedua organ tadi. Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi juga harus memberi makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi.
Ada dua sistem detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir toksin dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap hasil pembakaran.
Sesungguhnya, puasa yang telah dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman berdetoks. Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 - 40 hari. Ini hanya ancar-ancar saja.
Semakin kita tidak sehat tentu semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk proses detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 - 40 hari, berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu.

Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat.
Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan "jelek".
Bagi pemula, mulailah melakukan proses detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah segar. Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi sehingga membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu juga sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks tadi.
Selanjutnya lakukanlah puasa dan jika membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam memilih suplemen, sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi semua makanan pembentuk asam selama 3 - 7 hari sebelum melakukan detoks.
Begitu juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi makanan pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang mengandung protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat boks). Efek bagi tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan keasaman darah (di bawah 7,35).

Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis.
Bentuk dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang. Beberapa contoh misalnya warna urine berubah menjadi lebih keruh dan berbau menyengat; sering kentut dengan bau sangat menusuk; pusing, mual, nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran banyak disertai dengan mukus atau lendir yang cukup pekat.
Puasa 40 hari
Reaksi tadi biasanya muncul pada hari ketiga dan tidak berlangsung lama. Paling beberapa hari saja. Saat healing crisis muncul, jangan mengonsumsi obat-obatan apa pun. Jika tidak yakin dengan apa yang Anda rasakan, lebih baik berkonsultasi dengan ahli terapi nutrisi atau dokter yang mengerti soal terapi nutrisi.

Untuk mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut. (a) Istirahat di tempat sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. (b) Tidak berpanas-panas di bawah terik matahari. (c) Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. (d) Sering minum, tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.
Selama krisis penyembuhan tadi, hindari makanan berat seperti daging, nasi, dan makanan berlemak. Begitu juga dengan paparan pestisida. Yang terpenting, bersabarlah. Apalagi bagi mereka yang racunnya sudah terbentuk sejak lama tentu butuh waktu lama juga untuk membersihkannya. Bayangkan saja ketika Anda harus membersihkan kerak kotoran yang sudah lama menempel di lantai kamar mandi.
Proses detoksifikasi sendiri memang berliku. Ada lima tahapan yang berlangsung dalam 40 hari. Tahap pertama berlangsung selama dua hari. Pada tahap ini kadar gula darah turun sampai di bawah 70 mg/dl. Untuk kembali normal, glikogen dari lever diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke darah. Glikogen juga bisa diambil dari otot, yang berakibat tubuh menjadi lemas.
Untuk menghemat energi maka Basal Metabolic Rate (BMR) turun sehingga denyut jantung melambat dan tekanan darah pun turun. Healing crisis muncul pada tahap ini: sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, mata berkabut, dan lidah terasa tebal. Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa lapar yang sangat kuat.
Tahap kedua yang berlangsung pada hari ketiga sampai hari ketujuh, tubuh sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi puasa. Sistem pencernaan istirahat dan memusatkan energinya pada pembersihan dan penyembuhan. Lemak diurai untuk melepas gliserol yang akan diubah menjadi gliserol. Oskidasi lemak menghasilkan keton-keton yang menekan selera makan.
Kulit pun lebih berminyak (bahkan bisa muncul jerawat atau bisul) karena lemak-lemak rusak mulai dikeluarkan dari dalam tubuh. Organ-organ pembersihnya pun mulai diperbaiki, termasuk paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa nyeri jangan takut. Perbaikan juga menyentuh usus besar sehingga plak pada dindingnya mulai lunak dan lepas. Nafas masih bau dan lidah masih terasa tebal.
Seminggu kemudian (hari ke-8 sampai ke-15) merupakan tahap ketiga, ditandai dengan peningkatan energi, pikiran lebih jernih, dan tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama mungkin menganggu dan menimbulkan nyeri karena kemampuan menyembuhkan dari tubuh meningkat selama proses detoksifikasi ini. Sel-sel darah putih mengeluarkan zat yang dapat melarutkan sel-sel mati.
Zat inilah yang menimbulkan rasa nyeri pada saraf di sekitar bekas luka tadi. Nyeri ini justru menjadi penanda bahwa proses penyembuhan hampir mencapai finish. Nyeri dan tegang juga muncul pada otot akibat iritasi toksin, terutama di kaki sebab toksin berkumpul di kaki. Persoalan lain yang muncul pada tahap ini adalah sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut. Penyelesaiannya gampang: kumur dengan air garam.

Sisa hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih. Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.
Tubuh telah bekerja pada kapasitas maksimum dalam mengganti sel-sel yang rusak. Keseimbangan homeostatik mencapai tingkat optimal. Sistem getah bening sudah bersih, namun lendir bisa saja masih keluar melalui hidung dan tenggorokan. Gangguan nafas sudah hilang, begitu juga lidah sudah normal, berwarna merah muda. Jadi, sudah pede lagi.
Tahap kelima adalah buka puasa. Saat berbuka ini, makanan yang masuk akan melepaskan plak pada dinding usus yang sudah meluak. Toksin masuk ke darah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.
Empedu membuang ampasnya melalui cairan emped dalam jumlah besan dan menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Mungkin saja diikuti dengan diare. Jika tak nyaman bisa dibantu dengan colon hydrotherapy.
Memang panjang dan tak nyaman (sepertinya) proses detoksifikasi. Namun ingatlah manfaat setelah itu: kulit menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut; berat badan turun; daya ingat meningkat; kadar gula darah, tekanan darah, fungsi liver, dan ginjal menjadi lebih baik; gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dan sebagainya hilang; dan masih banyak lagi.
Jadi, mengapa tak diteruskan puasanya? Atau yang belum berpuasa, bisa berlatih puasa. (Agus Surono)

Sumber :
Editor :
Hindra

20 Februari 2012

18 Kebiasan Buruk yang Membuat Anda Susah Kaya

Jakarta - Uang sering membuat orang pusing dari waktu ke waktu. Beberapa orang berusaha melakukan hal yang bisa membuat uang semakin berharga, namun beberapa orang justru malah membiarkan uangnya hilang begitu saja.

Salah satunya adalah dengan melakukan beberapa hal tidak menguntungkan, seperti pemborosan dan tidak pernah menabung atau berinvestasi. Hal-hal percuma seperti ini yang membuat orang tidak sadar kalau kekayaannya akan lenyap dalam waktu singkat.

Berikut ini beberapa hal yang harus anda hindari atau berhenti lakukan jika sudah terjadi, karena bisa mengancam kesehatan finansial anda, seperti dikutip dari freefrombroke.com, Kamis (15/2/2012).

1. Tidak punya anggaran

Tidak punya anggaran sama sekali bisa berbahaya bagi kondisi finansial anda. Jangan sampai anda memutuskan untuk "pakai saja dulu uangnya, baru nanti kita hitung di akhir bulan."

2. Tidak punya gambaran untuk pengeluaran bulanan

Belum punya catatan anggaran, setidaknya anda harus punya perkiraaan biaya pengeluaran per bulan. Gambaran dan catatan pengeluaran itu perlu karena akan ada beberapa biaya yang sering tanpa sadar anda keluarkan.

3. Tidak punya investasi yang menghasilkan

Anda bisa mengucapkan selamat tinggal kepada kondisi finansial anda karena akan segera mati jika tidak punya satu pun investasi yang menguntungkan, minimal yang bisa menghasilkan uang meski hanya sedikit. Jangan pakai internet hanya untuk belanja online, tapi juga cari informasi mengenai instrumen investasi, dan berinvestasilah!

4. Tidak menyadari perkembangan ekonomi terkini

Meski mereka mendewakan uang (untuk dihambur-hamburkan), orang yang boros tidak akan tahu mengenai perkembangan ekonomi terakhir. Eropa krisis, oh? Indonesia masuk investment grade, apa itu? Barulah setelah uangnya habis, mereka sadar bahwa kelakuannya sia-sia.

5. Tidak menikmati karirnya tapi diam saja

Jika anda tidak suka dengan karir yang anda jalani, jangan diam saja, masih banyak pilihan karir di luar sana yang siap anda garap. Jika diteruskan, selain tidak produktif juga tidak membuat anda nyaman dalam mencari uang.

6. Tidak punya prioritas dalam finansial

Tentu saja, hal pertama yang dia lihat akan dia beli untuk orang-orang yang suka boros. Mereka tidak punya prioritas dalam hidupnya, bahkan untuk menabung sekalipun.

7. Sering ganti-ganti mobil

Membeli mobil, baik itu kredit atau tunai sebaiknya dilakukan dengan rencana jangka panjang. Jangan sampai, anda cuma membeli mobil dengan perkiraan kalau anda bosan tinggal beli lagi. Jangan biarkan perasaan gengsi anda menang dalam posisi seperti ini. Tak usah sombong karena tidak bagus secara finansial.

8. Tidak merawat barang

Orang yang boros tidak hanya karena sering menghamburkan uang, tidak menghargai barang yang dibeli pakai uang termasuk pemborosan. Bahkan, orang yang malas merawat barang biasanya tidak mau memperbaiki sesuatu jika rusak, tapi memilih untuk beli yang baru. Itulah kenapa biasanya mereka punya mobil baru, komputer baru, handphone baru.

9. Membeli TV layar datar berukuran raksasa

Semua orang pasti ingin tv raksasa di rumah supaya bisa merasa punya bioskop pribadi. Tapi, kalau anda berpikir jernih, uangnya bisa dipakai untuk keperluan lain. Tak perlu memaksakan diri sampai mencicil segala. Memangnya tidak ada layar datar yang berukuran lebih kecil? Dan bukankah tv tabung juga masih tersedia? Atau anda merasa ketinggalan jaman dengan tv model lama?

10. Langganan TV Kabel Premium

Siapa yang tidak suka dengan acara-acara HBO atau Fox? Sah-sah saja jika anda ingin berlangganan channel tersebut, tapi jangan sampai anda ingin berlangganan seluruh channel yang disediakan oleh operator kabel.

Bahkan, mereka akan memaksa anda berlangganan secara paket karena lebih murah, padahal tidak. Akui saja, tidak mungkin semua channel lainnya anda tonton juga setiap hari. Alangkah sayangnya jika anda menghabiskan Rp 1 juta sebulan hanya untuk tv berlangganan.

11. TV di setiap ruangan

Setelah punya tv raksasa dan TV berlangganan yang cukup mahal, anda masih ingin menikmati semua salurannya di setiap ruangan, maka anda memutuskan membeli TV untuk disimpan di tiap sudut rumah. Anda pasti senang menonton TV sampai tidak rela untuk ketinggalan setiap acaranya.

12. Sering makan di luar

Selain tidak sehat bagi tubuh, sering makan di luar juga membahayakan kesehatan finansial anda. Jangan sampai anda terbiasa disajikan makanan oleh orang lain padahal anda atau istri anda bisa menyiakan sendiri, dengan harga yang lebih murah.

13. Berganti-ganti ponsel

Sudah jelas, sering berganti-ganti ponsel (apalagi mengejar tren model terbaru) adalah pemborosan nomor wahid. Jika dipikir baik-baik, harga produk elektronik yang sudah dibeli tidak pernah naik, berbeda dengan rumah atau tanah.

Nilai barang yang anda beli akan berkurang seiring waktu. Anda akan sangat rugi kalau mencicil ponsel, begitu lunas, nilai sebenarnya sudah jauh berkurang dari harga awal. Biasanya, orang-orang seperti ini selalu mengaku tidak rugi karena mendapat kepuasan dari gonta-ganti ponsel.

14. Tidak pernah berolahraga

Apa hubungannya berolahraga dengan kondisi keuangan? Banyak. Tubuh yang sehat adalah aset yang harus dijaga baik-baik. Semakin anda sehat, semakin banyak kesempatan mencari uang. Jika anda sakit-sakitan, selain susah mencari uang juga anda harus mengeluarkan uang banyak untuk biaya perawatan.

15. Sering belanja baru bermerek terkenal

Pakaian terbaru dengan merek terkenal selalu menjadi musuh finansial anda. Jangan sampai tergoda dan terjebak untuk membelinya kecuali anda benar-benar butuh. Anda butuh merek? Mungkin saja, untuk mereka yang ingin dipandang oleh orang lain. Sesuaikan merek dengan kebutuhan.

16. Banyak beli hadiah untuk hari raya

Pernah dengar cerita orang yang terjerat utang kartu kredit hanya gara-gara lebaran kemarin terlalu banyak membeli barang untuk dibagi-bagi keluarga dan tetangga di kampung? Berbagi itu indah dan menghubungkan tali silaturahmi, tapi bukan berarti anda harus berkorban begitu banyak bukan?

17. Upgrade komputer setiap tahun

Orang yang boros senang mengganti-ganti komponen komputer sesering bayi mengganti popok. Mereka selalu punya alasan untuk membeli komponen baru setiap beberapa bulan sekali. Ya anda betul, komputernya bahkan tidak dipakai untuk membantu pekerjaan.

18. Punya banyak gadget

Punya banyak alat-alat elektronik (gadget) yang terkadang dengan fungsi yang sama. Ingin dengar musik, punya iPod atau MP3 player. Ingin main game, punya iPod Touch atau Sony Playstation Portable (PSP). Ingin berselancar di internet, punya iPad atau Samsung Galaxy Tab. Ingin baca buku, punya Kindle atau Kobo eReader. Kalau dipikir-pikir, semua fungsi tersebut bisa ditemukan di satu ponsel pintar saja.

Kesimpulan:

Kebiasan-kebiasaan seperti ini merupakan kabar buruk bagi kondisi finansial anda. Jika setelah membaca ini anda menemukan poin yang ternyata pernah anda lakukan, evaluasi kembali dan lakukan perubahan positif dalam hidup anda.
sumber:detikfinance

(ang/qom)

8 Februari 2012

Muhasabah Imam Abu Yusuf

MAM ABU YUSUF yang merupakan murid Imam Abu Hanifah merupakan hakim di masa kekuasaan Harun Ar Rasyid. Satu saat beliau pernah mengadili kasus perselisihan antara Harun Ar Rasyid dengan seorang nasrani dan beliau memenangkan si nasrani.
Dan menjelang wafat, Imam Abu Yusuf menyampaikan,”Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku menjabat urusan ini aku tidak condong kepada salah satu dari dua pihak yang berselisih meskipun di dalam hati, kecuali dalam kasus perselisihan antara nasrani dan Ar Rasyid, kecenderungan dalam hatiku tidak sama. Yakni hatiku mengharap agar kebenaran berpihak kepada Ar Rasyid, sedangkan aku telah memenangkan nasrani atas Ar Rasyid." Kemudian beliau menangis. (Ad Dur Al Mukhar, 4/313)

Kecenderungan hati seorang hakim terhadap salah satu dari dua pihak yang berselisih sudah dianggap oleh Imam Abu Yusuf sebagai kecacatan, meskipun dalam praktiknya kecenderungan itu tidak mempengaruhi hasil pengadilan. Dan dalam hal ini, Imam Abu Yusuf hanya mengalami sekali saja dalam kasus-kasus yang pernah beliau tangani. Semoga hakim-hakim saat ini bisa mengambil tauladan dari Imam Abu Yusuf.

sumber:Hidayatullah.com